Rabu, 30 Desember 2015

2015 told me...

[365/365]

Saya pikir 2015 akan penuh dengan masalah. And yes, exactly. But behind the problems…
2015 told me a lot of things,
Mulai dari jatuh karena kehilangan pondasi,
Kemudian mengambil keputusan untuk bangkit lagi,
Untuk tidak bergantung pada apapun selain diri sendiri,
Berteman baik dengan yang dulu sejauh matahari,
Membenci manusia yang dulu sedekat nadi,
Bertemu dengan banyak sekali orang munafik—
Tetapi seribu lebih banyak orang baik,
Lalu yang tersulit; memaafkan tanpa diminta,
Belajar menerima keadaan,
Meredupkan penyesalan,
Membuat pondasi baru sendiri,
Karena sudah pernah jatuh—dan tak akan lagi,
Dan yang terakhir, yaitu,
Arti keluarga.
Mungkin memang bukan keping hidup yang selalu indah, bahkan kadang hancur dan tak lengkap. Tetapi percayalah, inilah kepingan terbesar semua insan, keluarga berarti kebahagiaan.
Mungkin hanya karena tinggal diatas atap rumah yang sama. Padahal, sebenarnya sebuah tempat pulang.
Mungkin bukan yang mengucapkan “cepat sembuh”, tetapi yang menyuapi bubur disamping ranjang.
Mungkin bukan yang menyatakkan perhatian, padahal yang paling peduli.
Mungkin bukan yang memberikan ucapan dan hadiah ulang tahun, tetapi yang selalu menyebut namamu dalam doanya.
Mungkin mereka bukan yang terbaik, tetapi selalu mengingikan hal baik terjadi padamu.

Jadi, berhentilah sebentar.
Menjauhlah,
Jangan terlalu dekat—
Sampai tak bisa dibaca, seperti kalimat tanpa spasi.
Sampai tak bisa di dengar, seperti bunyi tanpa jeda.
Sampai tak bisa berfungsi, seperti ventilasi tanpa sela.
Karena jarak memperbaiki keadaan dengan;
Menciptakan ruang,
Menghadirkan rindu,
Menciutkan ego,
Memberi kesempatan pada kejujuran,
Menyadarkan tentang keberadaan yang berharga.
Perhatikan sekitarmu. Apa yang selama ini di anggap biasa saja, ternyata sangat berharga.




Selamat tahun baru 2016.