aku tak tahu, tapi semua orang mengatakan padaku bahwa ini karma.
apa ini dulu yang kau rasakan? itu dusta.
mungkin, sesakit ini kamu? dan aku yakin ini juga dusta.
aku tak pernah yakin kau sakit karena aku, merindukanku, memerhatikanku, kecuali aku percaya ketika kau 'pura-pura' menatapku.
jika ini karma, aku mau karmaku kembali padamu walau itu artinya aku juga akan punya karma lagi. tapi tak masalah lagi, karena tanpa karma aku sudah berkali-kali jatuh cinta lagi padamu. entahlah, tapi kau bagaikan bulan diantara bintang-bintang yang selalu dipuja-puja. kau yang terlihat beda. kau titik fokusku, dan bintang-bintang itu 'blur' dipandanganku. kau yang membuat bintang-bintang luar biasa itu terlihat begitu biasa.
dan kini, satu yang kutahu: aku mulai merajut hidupku. dan itu, tanpamu.
aku selalu mencarimu, saat kau tak ada dalam penglihatanku.
aku selalu menatapmu, saat wajahmu memenuhi saluran mataku.
aku selalu memerhatikanmu, saat kau tak merasakan itu.
aku selalu tahu lebih banyak tentangmu, saat kau anggap semua ini permainan belaka.
aku selalu bertahan, saat aku tahu kau benar-benar sengaja menyakitiku.
dan aku selalu berharap, kau menatapku seraya tersenyum lalu berkata, "kau bulanku." sambil terus memasang senyum itu.
bertahan itu menyenangkan? dusta.
aku bilang kepada semua jika aku menikmati masa-masa bertahanku? itupun dusta.
terlalu banyak kerinduan, kebahagiaan, kesakitan, dan kata-kata yang dirangkai hanya untuk mengungkapkan semua ini.
dan ungkapan itu untukmu, agar kau tahu lebih dalam tentangku.
dan lagi-lagi kau berakting tak perduli dengan seraya 'pura-pura' menatapku.
setidaknya, ini berlebihan tapi aku tidak sama sekali menyesal.
karenamu aku tahu tentang rasanya memeluk bulan, rasanya bertahan, berhenti bertahan dan melepaskan pelukku dari bulan itu.
semua itu secara langsung membuatku tahu satu hal: semua rangkaian kata ini, semua kerinduan dan kebahagiaan ini sungguh TAK LAYAK untukmu.
cukup kamu tau, masih banyak yang membutuhkan rinduku, kataku, dan kebahagiaanku.setidaknya aku tidak menyesal, walau akhirnya aku tahu kau tak layak untukku.
kau tak lebih dulu mengajakku berinteraksi, aku coba mengerti.
kau berakting tak sama sekali peduli padaku, aku coba untuk sangat mengerti.
tetapi ketika aku memutuskan untuk berhenti bertahan, itu saatnya giliranmu untuk benar-benar mengerti.
aku selalu menatapmu, saat wajahmu memenuhi saluran mataku.
aku selalu memerhatikanmu, saat kau tak merasakan itu.
aku selalu tahu lebih banyak tentangmu, saat kau anggap semua ini permainan belaka.
aku selalu bertahan, saat aku tahu kau benar-benar sengaja menyakitiku.
dan aku selalu berharap, kau menatapku seraya tersenyum lalu berkata, "kau bulanku." sambil terus memasang senyum itu.
bertahan itu menyenangkan? dusta.
aku bilang kepada semua jika aku menikmati masa-masa bertahanku? itupun dusta.
terlalu banyak kerinduan, kebahagiaan, kesakitan, dan kata-kata yang dirangkai hanya untuk mengungkapkan semua ini.
dan ungkapan itu untukmu, agar kau tahu lebih dalam tentangku.
dan lagi-lagi kau berakting tak perduli dengan seraya 'pura-pura' menatapku.
setidaknya, ini berlebihan tapi aku tidak sama sekali menyesal.
karenamu aku tahu tentang rasanya memeluk bulan, rasanya bertahan, berhenti bertahan dan melepaskan pelukku dari bulan itu.
semua itu secara langsung membuatku tahu satu hal: semua rangkaian kata ini, semua kerinduan dan kebahagiaan ini sungguh TAK LAYAK untukmu.
cukup kamu tau, masih banyak yang membutuhkan rinduku, kataku, dan kebahagiaanku.setidaknya aku tidak menyesal, walau akhirnya aku tahu kau tak layak untukku.
kau tak lebih dulu mengajakku berinteraksi, aku coba mengerti.
kau berakting tak sama sekali peduli padaku, aku coba untuk sangat mengerti.
tetapi ketika aku memutuskan untuk berhenti bertahan, itu saatnya giliranmu untuk benar-benar mengerti.