Ada yang frustasi karena sebuah games.
Apa akal itu sebanding dengan
sesuatu yang malah diciptakan dari akal itu sendiri?
Ada yang hidupnya pasif karena internet.
Apa sosialisasi itu sebanding dengan
sebuah jaringan yang hanya dipenuhi teks tanpa intonasi?
Ada yang membuang bayinya di tong sampah.
Apa sampah itu sebanding dengan
sebuah nyawa?
Ada yang korupsi sampai lupa berapa uang yang dia punya.
Apa hak orang lain itu sebanding
dengan kepuasan diri sendiri?
Ada yang rumahnya masih terbuat dari kardus.
Apa kardus itu sebanding dengan batu
bata kokoh yang dilapisi semen?
Ada yang berambisi untuk sekedar jabatan.
Apa kemauan tinggi itu sebanding
dengan sekedar kekuasaan?
Ada yang berlomba-lomba mengumpulkan harta.
Apa kemampuan itu hanya sebanding
dengan benda yang memliki nominal?
Ada yang sibuk mengurusi hidup idola nya.
Apa waktu untuk beraktivitas itu
sebanding untuk mengurusi aktivitas orang lain?
Kita semua tahu bahwa semua jawaban yang kita punya juga masih mempunyai sebuah pertanyaan lagi yang harus dijawab.
Kenapa harus terlalu rumit?
Padahal jelas-jelas ini (hanya) dunia untuk sementara, kan?
Kenapa semuanya seperti terlalu sibuk dan terlihat seperti
sudah lupa fakta itu?
Benarkah mereka telah tenggelam dalam kesengsaraan dan
kebahagiaan semu?
Lalu dimanakah letak pelampung ketenangan dari segala macam
persoalan di dunia fana ini?
Sebagian (sangat) kecil dari manusia berusaha mencari
pelampung itu.
Dan tak pernah ada satu pun yang menyadari letaknya.
Padahal sangat dekat.
Padahal sudah menjadi bagian dari kebiasaan.
Padahal sangat sederhana.
Karena sesungguhnya,
letak ketenangan itu
hanya sejauh kening dan sajadah.
Hormat saya,
Salah satu penghuni
dunia fana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar