Minggu, 09 Februari 2014

Little conversation

Share on :
Dimana?
Aku mencintainya diantara jarak.
Bagaimana?
Karenanya, diamku jadi terasa lebih bermakna.
Lalu?
Aku mengirim hatiku padanya, tapi dia hanya membaca dan tidak menjawab.
Tidak ingin pergi?
Setia itu hanya mitos, dan aku akan megubahnya, jadi nyata.
Atau mencoba melupakannya?
Aku mencoba untuk melupakannya, tapi itu sama sulitnya seperti mengingat orang yang tak pernah ku kenal.
Baiklah. Lalu apa masih ingin berharap?
Aku tidak berharap, aku lebih suka berdo’a. Setiap malam.
Berdo’a agar dia mencintaimu, begitu?
Bukan begitu. Tapi begini..
“Tuhan, lepaskan dia dari semua yang menghilangkan senyum indahnya. Biarkan candanya berserakan di antara sepinya malam ini.”
Jadi, kau takkan pernah berhenti mencintainya?
Aku tidak akan pernah berhenti mencintainya, aku hanya berhenti untuk menunjukkan itu.
Dan tak pernah menangis?
Sekali. Dan sepertinya terakhir.
Kenapa?
Karena; yang paling sering tertawa, memang paling terlihat bodoh ketika akhirnya dia menangis.
Merasa bodoh?
Aku hanya belum pintar.  

Sampai-sampai… 
Cintaku tak terbalas. Cintaku tak diberikkan waktu untuk berbunga.

Tertanda,
Aku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar